Halo semuanya, jumpa lagi dengan saya. Rasanya cukup lama tidak menulis di web Boxer, pada kesempatan kali ini saya mau berbagi cerita tentang keseruan mengikuti Indonesia Linux Conference (ILC) 2022 yang digelar pada 05 November 2022 di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, tepatnya di Kampus 1. Terus apa hubungannya dengan, dari Bengawan Solo sampai Kali Brantas? langsung scroll pelan-pelan saja ya!

Sekilas tentang ILC 2022
Apa itu ILC 2022? dalam laman resmi acara ILC 2022, merupakan kegiatan kolaboratif rutin tahunan yang menjadi ajang pertemuan para pengguna, pengembang, komunitas, serta penggiat aplikasi bebas (Free Open Source Software) untuk membahas dan berbagi seputar topik-topik seru dan menarik. ILC pertama digelar pada tanggal 17 – 19 Nopember 2006 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Kalau tahun segitu, saya masih SMP kelas 7 dan berarti ILC sudah berusia 16 tahun. Tua juga ya nih acara, dari cerita-cerita yang saya dengar dan beberapa artikel yang pernah saya baca. Di tiap daerah yang memiliki Komunitas Pengguna Linux Indonesia akan diundang untuk mewakili daerahnya untuk menghadirinya. Dan untuk ILC 2022 kemarin yang datang dari berbagai golongan ada perusahaan, perorangan, komunitas dan akademisi juga ada. Kalau menurut jumlah peserta di laman resmi ILC 2022 ada sekitar 400an orang yang mendaftar.
Road to ILC 2022
Setelah mendengar kabar akan adanya kegiatan ILC 2022 yang kala itu akan diadakan di Ponorogo, saya dan teman-teman mulai menyusun strategi bisa kesana mengingat Bojonegoro – Ponorogo cukup jauh dan melewati hutan yang cukup panjang. Dulu waktu ke daerah Ngebel hampir 4 jam naik motor, setelah ngobrol ngalur ngidul akhirnya memilih berangkat Jum’at sore dan menginap di Ponorogo 2 malam. Kalau tidak salah ingat tanggal 26 Agustus 2022 dan ILC 2022 digelar 08 Oktober, masih sebulan tapi sudah prepare saja. Ya waktu itu yang bisa mengiyakan 6 orang yang akan berangkat, ada saya, Pak Carik, Obby, Angga, Ali dan Dheni. Awal bulan ketemu dengan Joko, ngobrol sedikit dan jadinya dia mau ikut juga dan akhirnya jadi 7 orang. Tanggal 07 September, sebagai penanda keseriusan untuk berangkat yang kebetulan gaji sudah turun jadinya daftar jadi peserta dengan tiket komunitas. Oh iya, di ILC 2022 terdapat 3 tiket yang bisa dibeli, yaitu tiket pelajar dengan harga 50.000, tiket umum dengan harga 100.000 dan tiket komunitas 150.000. Yang sudah melakukan pendaftaran kala itu dari Boxer baru 6 orang termasuk saya. Iseng cek laman laporan pendafatarn ILC pada tanggal 09 September, ternyata dari Boxer bertambah 4 orang, ada Pak Aris, Mbak Titis, Arif dan Praja dan jadi 10 orang. Wah seru ini, dalam pikiranku waktu itu dan sorenya kami berkumpul di selatan Alun-Alun untuk bahas kelanjutan yang kemarin karena adanya perubahan Venue tidak jadi Ponorogo dan seperti biasa yang datang sore itu 4L. Tanggal 16 September ada kabar, ILC 2022 akan pindah Venue dari Ponorogo ke Sidoarjo tepatnya di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Tanggal 30 September kalau tidak salah ingat, kita kumpul lagi membahas keberangkatan ke Sidoarjo, cuma ya itu yang datang 4L, saya, Obby, Pak Carik, Angga dan Joko. Kita putuskan naik motor dan berangkat hari Sabtu pagi saja. Tahap akhir perundingan, tanggal 28 Oktober sore di sebuah warung kopi. Saya, Obby, Pak Carik, Ali dan Joko yang datangnya paling akhir membahas lagi kita kesana naik apa, menginap dimana dan berangkat kapan tapi dengan keadaan Obby lagi sakit yang masih ragu untuk ikut berangkat waktu itu. Perundingan yang cukup alot, banyak sekali pertimbangan salah satunya dana yang terbatas tapi keinginan tak ada batas. Dan jadinya diputuskan naik motor berangkat jam 4 pagi, dengan mengambil jalur tengah melewati Jombang dan Mojokerto baru ke Sidoarjo. Dan malam itu, di grup Whatsapp bahas menginap dimana, ada promo dari pintu merah dan dapat saldo bonus 150.000, mikirnya lumayan tuh 6 orang install bisa dapat 6 kamar murah tetapi itu semua hanya menjadi angan yang tak pernah terlaksanakan. Tanggal 30 Oktober, ternyata ada kabar dapat menginap gratis di tempat temannya Pak Aris tetapi itu semua berubah saat negara api menyerang, nanti akan dijelaskan di bagian On the Stage. Tanggal 06 Oktober, dapat kabar kalau Pak Carik dan Praja tidak bisa ikut karena sakit. Personel berkurang jadi 8 orang dan masih berkurang menjadi 6 orang karena Pak Aris ikut IDSECCONF dan Mbak Titis ada bimbingan tesis. Walau cuma berenam, saya, Obby, Angga, Ali, Joko dan Arif tetap saja enjoy, dan karena lewat tengah jadi titik kumpulnya berada dirumah saya. Tanggal 08 Oktober, Ali mulai berangkat dulu dari barat menuju titik kumpul jam 4 pagi dan perjalanannya seperti mengikuti alur Sungai Bengawan Solo, selanjutnya bertemu dengan Angga di tengah perjalanan. Dan ya, masih ada yang tersesat di jalan kehidupan eh maksudnya tersesat dari jalan menuju rumah saya, Joko yang kelewat terlalu jauh. Ali dan Angga lewat juga tetapi ketiga orang ini tidak tahu kalau mereka pas-pasan dijalan ah sudahlah jalan masih gelap jadinya tidak tahu. Arif yang awalnya menunggu di Kedungadem, balik kebarat karena bosan nunggu sendirian. Dan yang terakhir datang adalah Obby, setelah semua yakin dan kurang lebih mendekati setengah 6 kita meluncur ke Sidoarjo dengan 3 motor, saya dengan Obby, Arif dengan Ali dan Joko dengan Angga. Karena masih on the road, cerita-cerita perjalanan akan diceritakan disini. Karena lewat tengah jadinya melewati beberapa hutan dan jalan yang belum sepenuhnya selesai diperbaiki malah ada yang rusak setelah memasuk kawasan Kabupaten Lamongan. Karena jalan masih berkabut dan jalan berlubang, tak ayal perjalanan cukup pelan. Setelah melawati hutan dan bertemu dengan SPBU di Jombang, kita isi BBM dulu dari sinilah awal menyusuri Kali Brantas. Kita lewat Ploso tidak lewat Kabuh karena menurut Obby jalan Ploso perlu perbaikan. Setelah melewati Flyover dan berjalan beriringan dengan Kali Brantas di sebelah kanan kita. Cukup jauh juga kita bersama dengan aliran Kali Brantas, setelah memasuki daerah Sidoarjo dan masih diiringi dengan aliran sungai yang bermuara ke Kali Brantas sepertinya, pokoknya sebelum Balongbendo sekitar jam setengah 8 kalau tidak salah kita rehat sebentar di Minimarket untuk membeli ganjal perut dan minum. Mencapai Balongbendo, lewat sebuah tempat penuh kenangan bagi saya dan sedikit flashback masa lalu, skip saja karena bukan permasalahan cinta cuma ada satu kata yang saya ingat di tempat itu “Tetaplah berusaha, ini barang mati dan kamu hidup. Barang mati akan mengikuti apa yang hidup. Masa kamu kalah sama barang mati”. Jam 9 kurang 10 menit, kita rehat lagi di masjid dekat pusat perbelanhjaan dan menanyakan tempat menginap yang kemarin. Jam 09 kita tiba di Universita Muhammadiya Sidoarjo. Berikut beberapa dokumentasi saat Road to ILC 2022:
Awal pertemuan:
Menyusuri Kali Brantas:
Rehat di Minimarket:
On the Stage
Kita celingak-celinguk cari tempat parkir karena tidak ada papan penunjuk arah entah kita yang tidak lihat. Jadinya kita mengikuti salah satu mahasiswi yang bawa motor dan sampailah di tempat parkir di lantai 2. Dan lagi-lagi kita kurang memerhatikan apa tidak ada papan penanda, kita ikuti saja mahasiswi lain yang jalan naik keatas, karena ruang Auditorium di lantai 5. Tapi ternyata, diatas tempat parkir semua, tetapi ada seseorang menyarankan agar lewat pintu sebelah kalau mau ke ruang Auditorium dan memang bisa. Kita masuk saja, tidak ada papan peringatan apapun dan disamperin dong sama panitia dan dibilangin “Mas, besok jangan lewat sini ya. Tidak boleh”. Lah, siapa yang tahu kalau tidak boleh papan penanda aja tidak ada. Lanjut ke proses registrasi dan prosesnya cukup karena harus menunjukkan KTP kalau mau ambil Merchandise baik yang datang langsung maupun yang di wakilkan karena hal lain. Jadinya kita minta dikirimkan foto dari KTP teman yang tidak ikut. Setelah mengisi form, saya ketemu mas Rifki Affandi, salah satu teman pertama yang saya kenal dari event Open Source, LibreOffice Conference Indonesia 2018 dan ketemu mas Umam dari KLAS juga. Lanjut, kita berenam foto bareng dengan background ILC 2022, disapa pak Utian Ayuba karena masih di depan belum masuk. Begitu masuk, bertemu dengan mas Darian KLAS dan kita duduk di bagian atas saja karena merasa masih kosong diatas. Karena datang sedikit terlambat jadinya baru mengikuti waktu keynote speech#2 dengan judul March of the Penguin: 20 years Linux Snapshot in Indonesia. Dan yang kita tunggu-tunggu pun datang, waktunya Lunch Break & Networking karena sudah mulai lapar jadinya mampir ke beberapa booth, yang pertama berkunjung ke KLAS, yang jaga booth sudah saya temui sebelumnya sepertinya tetapi lupa namanya. Di booth ini, kita dijelaskan tentang Gentoo, wah ini kesukaaanya Pak Carik yang suka masokis sama laptop dan diri sendiri dan tidak lupa dikasih stiker gratisnya.Booth kedua berkunjung ke Biznet, Joko ternyata sudah duluan disana dan mendapatkan kaos dan stiker juga tetapi kaosnya terbatas dan kebetulan saya dapat kaosnya. Dan yang ketida booth Wikimedia, disini dijelaskan apa sih Wikimedia itu dan tak lupa dapat pembagian merchandise, yang keempat saya mengunjungi booth LibreOffice. Ketemu dengan pak Samsul Ma’arif dan ternyata beliau lupa sama saya, booth selanjutnya OpenSuse Indonesia kalau mau dapat merchandise harus setoran tampilan OpenSuse Tumbleweed dan satunya booth apa ya, saya lupa waktu itu sepi pokoknya paling ujung. Banyak booth di ILC 2022 kemarin hanya saja saya mendatangi yang terlihat ramai saja. Setelah mendapat merchandise lanjut makan siang, ambil makanan di meja pendaftaran dan naik keatas. Setelah makan siang, kita sholat dulu di masjid kampus dan karena merasa lelah jadinya di masjid samapai jam 1. Sebenarnya acara dilanjut jam 12 lebih 15 dan kegaitannya dipecah kebeberapa kelas dengan materi yang berbeda, tapi kita ambil kelas di jam 1 saja. Balik ke gedung GKB 2 dan pilih kelasnya mas Darian, karena dengar-dengar mau bagi-bagi domain Indonesia di ruang 510 dan benar saja tiba di kelas mas Darian dan ada pembagian domain gratis sampai selasa saja. Di ruang 510 ternyata cukup banyak yang datang dan disini saya tahu satu orang lama yang ahli pokoknya tapi lupa siapa soalnya cukup aktif juga di grup Telegram. Mas Darian menjelaskan tentang “Membuat Email kece dengan Domain Indonesia”. Karena Joko yang katanya masih capek, kita tidak pindah ruangan dan mengikuti kelasnya Ukasyah. Materi kali ini yang dibawakan cukup menarik yaitu tentang workflow automation dengan judul “Capek ngerjain tugas yang sama berulang-ulang? Pakai workflow automation dong!” tapi sayang waktunya tidak cukup jadinya nanggung deh belum selesai padahal. Lanjut Coffe Break, Joko masih penasaran dengan booth OpenSuse katanya butuh donasi 100.000 untuk mendapatkan kaos dan flashdrive OpenSuse jadinya kita kesana dulu sebelum ambil kopi tapi nyatanya sudah habis tinggal kaosnya saja dengan ukuran XL. Dengan langkah cukup gontai ambil kopi, disini saya kira didalam termos berisi kopi tanpa gula karena disamping termos ada gula jadinya saya ambil gula dulu dong, eh ternyata cuma air panas aja tanpa kopi. Di termosnya mana tidak ada tulisan pula, ada kopi sachet kalau mau bikin kopi. Ya sudah, kopinya jadi tambah manis seperti saya jadinya. Kopi telah terisi, selanjutnya balik ke lanatai 2 auditorium sambil cari colokan charger maklum hp saya cepat sekali habis dan ditambah pemkaian Google Maps yang cukup sering. Lightning Talk pertama dibawakan oleh Pak Sokibi dengan judul Aplikasi Permainan F/LOSS Untuk Pendidikan, atau lebih tepatnya promosi tentang aplikasi Gcompris. Lightning Talk kedua tentang Tutorial Menjadi Desainer Grafis Biasa Saja oleh Pak Bayu Aji, beliau ini cukup aktif di grup Gimpscape ID sering baca tulisan beliau di grup cuma belum pernah ketemu. Di lightning talk kedua ini cukup seru, menjelaskan bagaimana menjadi seorang desainer yang biasa aja dimana yang sebenarnya ini merupakan masalah-masalah bagi pemula yang baru terjun ke dunia desain menurut saya dan tidak tahu harus dimulai darimana. Pemaparannya menurut saya cukup mengena dan sesuai realita saya juga, meski bukan desainer tapi bidang lain pun mengalami hal yang sama juga. Dan lightning talk ketiga dengan judul Build Your Own Android OS! yang dipaparkan oleh Pak Haris, disini juga seru. Selain materi juga tentang kejadin yang cukup ironi menurut saya, acara Linux tapi produk sebelah. Sampai-sampai Pak Haris bilang brsensor, ketawa semua jadinya. Tapi entahlah, saya sudah 3 kali menghadiri event nasional tentang Open Source tapi baru ada kejadian seperti ini, biarlah panitian yang mengurusnya. Saya hanya menjadi penikmat saja. Dan yang terakhir diksusi panel dengan judul “Apakah Kampanye FLOSS Masih Relevan?” yang diisi oleh Pak Rusmanto yang menurut saya salah satu sepuhnya Linux di Indonesia, ada pak Edwin Zakaria dari OpenSuse Indonesia, Pak Farhan Perdana dari KPLI NTB, Pak Nugroho dari Gimscape ID, mas Geraldhi dari KLAS dan satunya lupa siapa pokoknya mas-mas dari KSL Dragon Unida Gontor. Dan di moderatori oleh Pak Utian. Di sesi ini juag seru sih, menjelaskan bagaimana kampanye FLOSS. Dari pak Farhan Perdana, kalau mau kampanye FLOSS bisa menggunakan Tiktok katanya biar cepat menyebar. Terus berbagi cerita para panelis. Acara selesai jam 5 dan disini mulai ada kegalauan lagi, jam 4 saya sudah chat ke temannya Pak Aris perihal penginapan tetapi masih belum ada balasan. Jam pun terus berputar, jam 6 kita coba hubungu Pak Aris tentang perubahan jadwal dan belum ada kabar tentang temannya ini. Setelah itu kita cari-cari penginapan yang kemarin ternyata sudah penuh, jadinya kita cari yang murah tetapi ya gitu ulasannya tidak ada yang bagus mungkin pepatah “murah kok njaluk slamet” ada benarnya juga. Jam 7 malam baru dapat kabar dari temannya Pak Aris, kalau dari tadi sibuk dan tidak pegang HP. Disini saya minta maaf sekaligus menjelaskan kalau ada perubahan jadwal acara sampai larut dan akhirnya tidak jadi menginap disana karena terlalu larut. Entah darimana datangnya, bapak-bapak datang menghampiri kami yang dari habis sholat isya’ masih diskusi di masjid dan saya berpikir disuruh pindah dari masjid. Tapi nyatanya bukan, bapa-bapak tadi mungkin takmir masjid disini memberi saran agar tidur di lantai 2 masjid saja kalau masih belum dapat penginapan. Dijelaskan juga kalau di lantai 3 masjid ada kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit) dan misal mau harus izin dulu ke security masjid lalu bapak-bapak tadi pergi. Setelah berunding dan jadinya bermalam di masjid kita ke pos security untuk minta izin dan izinkan. Jam setengah 8 kita kembali ke gedung GKB untuk acara terakir yaitu Community Dinner and Gathering. Makan malam seleai, semua peserta dibawa ke sebuah ruangan yang mirip bioskop padahal saya belum pernah ke bioskop kok bisa bilang begitu ya, pokoknya begitulah. Di acara kali ini, ada sharing session tentang pengalaman-pengalaman di dunia Open Source mulai dari komunitas, individu, perusahaan dan akademisi. Awalnya membahas tentang Asosiasi Open Source Indonesia (AOSI) terutama tentang perubahan pengurusnya, setelah itu ada banyak sih mulai komunitas Linux diluar pulai Jawa dan sebagainya dan itu semua dilalaui sambil menahan kantuk yang melanda. Tetapi ada satu sesi yang menurut saya menarik saat membahas tentang Komunitas Belajar FreeBSD Indonesia yang diwakilkan oleh Pak Adi Hidayat dan Pak Ahmad Rifa’i diawali dengan pancingan akan meruqyah pengguna Linux ke jalan yang benar menggunakan FreeBSD. Pertanyaan demi pertnyaan yang cukup seru dan jawaban yang cukup sengit membawakan gelak tawa yang khas. Kalau ditanya, apakah saya ingin mencoba FreeBSD tentu saja ingin tetapi ada beberapa yang menjadi kendala, sejak 2019 saya ingin sekali melakukan instalasi FreeBSD tetapi masih mikir, kalau dibuat kerja di tempat kerja apakah mumpuni? lha pakai Linux saja saya harus putar otak agar bisa digunakan. FreeBSD sendiri masih sepi komunitas dan dokumentasi berbahasa Indonesia, mungkin ini penyebabnya saya ragu. Acara selesai sekitar jam setengah 11, kita ke masjid dan cari posisi yang wenak di lantai 2. Ternyata Pak Bayu Aji juga tidur di lantai 2 masjid. Karena sudah malam jadinya tidak mengobrol dan lanjut tidur. Sekitar pukul 3 pagi, saya dibangunkan oleh Obby dan tenryata adik-adik di lantai 3 pada turun ke lantai 2 untuk sholat hal ini ditandai dengan memakai mukena, tentu saja saya kaget karena tidak mendengar sholat adzan dan belum cek jam di HP dan bertanya apa saya kelewat? dijawab tidak dan buru-buru cek jam di HP dan baru jam 3. Mau tidak mau harus pindah nih, mana cewek semua kan disitu. Terpaksa bangunkan pak Bayu Aji juga, beliau juga buru-buru turun tapi tidak tahu kemana. Setelah beres-beres bawaan, kita turun kebawah dilantai 1. Mau tidur lagi sudah tidak mungkin, kalau tidak tidur ngantuk. Ya sudah pada ambil Wudhu dan tidak tidur sampai sholat Shubuh selesai. Berikut sedikit foto dokumentasinya:
Foto Background:
Foto Bersama:
March of The Penguin:
Linux Mascot:
Makan Siang:
Kelas 510:
Community Gathering:
Pindah dari lantai 2:
Go to Home
otw pulang:
Jam setengah 5 kita pulang, cek semua barang bawaan dan cek kendaraan. Lalu meluncur pulang, rasanya begitu cepat perjalanan pulangnya walau ya diajak Google lewat kuburan tapi enjoy saja karena sudah pagi. Di SPBU Tjiwi kita rehat dulu sambil isi BBM, kalau tidak salah jam setengah 6. Ngobrol makan dimana, bagaimana cara hilangin ngantuk dengan minuman berenergi. Setelah berjalan cukup lama, bukannya ngantuk yang hilang malah lapar yang datang jadi diputuskan mencari warung makan tetapi tidak jadi mulu karena ragu enak apa tidak makanannya. Dan sampailah di Ploso baru meyakinkan untuk belok ke warung makan, enak entah tidak pokoknya beli. Dimanapun tempatnya, nasi pecel adalah koentji, makan selesai lanjut perjalanan dan sekitar pukul 9 sudah sampai tempat kumpul awal. Saya rasa cukup sampai segitu ceritanya, sebenarnya ada banyak cerita tapi capek juga mengetik panjang seperti ini. Mau cerita lengkapnya? bisa ketemuan saja dengan ditemani segelas es teh yang segar tetapi dikasih es degan juga boleh kok. Sampai jumpa di kesempatan lainnya. Terima kasih.
Quotes:
Referensi:
https://ilc.opensuse.id/tentang
https://www.kaskus.co.id/thread/53ff5c1c98e31b236c8b4570
https://www.mail-archive.com/linux-aktivis@linux.or.id/msg09304.html
Foto Dokumentasi:
https://s.klas.or.id/ilc-album-community
https://s.klas.or.id/ilc-album-official
Leave a Reply